Friday 26 October 2012

4th - Selalu Ada Cinta Bersama Kita : Catatan Perjalanan Bulan Oktober


Tulisan ini menjadi satu yang merangkum berbagai peristiwa menarik yang terjadi di bulan Oktober. Ini adalah bulan kedua aku bertempat tinggal di kota ini, Enschede, Belanda. Bulan ini ada begitu banyak cerita yang sayang untuk dilewatkan tanpa menuliskannya dengan rangkaian kata-kata. Mulai dari kedatangan kunjungan Uda Iki (RM2) dari Jepang, kunjungan Pak Kamarza, Bu Elsa, dan Nandy (juniorku di Teknik Kimia UI yang dikenal sebagai shining star :D ), acara Indonesia Evening, Eid Mubarak, serta seluk beluk kepanikan mempersiapkan diri untuk ujian akhir di kuarter 1 ini.

Berawal dari tanggal 8 Oktober. RM2 yang saat ini tengah di tahun akhir program master di Nagoya University, Jepang, mendapat kesempatan untuk menjadi peserta konferensi di Madrid, Spanyol. Dari cerita RM2, ini adalah paper-nya yang kelima yang diikutsertakan di konferensi internasional (*sigh, kapan ya gue bisa kaya gitu juga). Setelah menghabiskan waktu selama seminggu di Spanyol dan beberapa hari travelling ke Paris, RM2 akhirnya bertolak menuju Belanda. RM2 kebetulan mendapat kesempatan untuk lab visit ke kampusku, University of Twente. Sungguh, rasanya senang sekali saat mendengar kabar kedatangan RM2. Pertemuan dengan kakak sendiri di negeri orang di benua lain adalah suatu hal yang aku inginkan sejak dulu. Teringat pada tahun 2010, saat RM1 dan RM2 berfoto bersama di Italia. Saat itu, RM2 juga menghadiri konferensi internasional di Italia, sekaligus mengunjungi RM1 yang sedang studi master di Italia. Iri rasanya saat itu, saat aku mendapati foto mereka berdua via facebook. Aku juga punya mimpi yang sama saat itu. Ingin bertemu dengan mereka di belahan bumi lain, di negara lain dan benua lain. Alhamdulillah, tiba saatnya giliranku. Mimpi itu terwujud. Di hari itu, 8 Oktober, aku bertemu dengan RM2 di depan stasiun Amsterdam Centraal. Sesaat berasa sekedar mimpi ketika aku mendapati sosok kakakku yang berjalan menarik kopernya dari kejauhan, aula stasiun Amsterdam Centraal. Dan mimpi itu terwujud. Kami berdua lalu mengabadikan momen tersebut dalam sebuah foto. Zaanse Schans, Belanda. Di depan kincir-kincir angin dan kanal yang lebar.
 RM2 dan RM3 di Zaanse Schans, Belanda

Pertemuan dengan RM2 memang sangat teramat singkat. Tidak adil rasanya memang. Kami terakhir kali bertemu saat setahun lalu di Indonesia. Saat itu, RM1 dan RM2 pulang ke Indonesia untuk menghadiri wisudaku. Tidak bertemu selama setahun hanya dibayar dengan pertemuan satu setengah hari di Belanda. Namun, aku merasa bersyukur dengan pertemuan ini. Waktu yang singkat membuat kami memanfaatkan momen pertemuan tersebut. Kami memaknai setiap waktu dengan percakapan yang berarti. Mulai dari cerita perjalanan studi kami masing-masing di negeri orang, hingga obrolan-obrolan lain yang menyenangkan. Cukup hatiku saja yang tau tentang kehangatan hari itu. Semoga suatu saat nanti, aku pun bisa berkunjung ke Jepang untuk menemui RM2.

Lanjut, cerita di minggu depan saat bertemu dengan Pak Kamarza, Bu Elsa, dan Nandy. Mendapati kunjungan kedua ini adalah suatu hal yang tidak kalah menggembirakan. Kali ini, aku dan Nandy bertemu saat turun dari kereta di stasiun Delft. Di peron itu, dari kejauhan Nandy melambai-lambaikan tangan dan memastikan bahwa akulah orang yang berdiri di hadapannya. Sedikit berjalan mempercepat langkah sekaligus merapatkan coat dan syal, aku membalas lambaian tangan Nandy. Di momen ini, aku teringat rangkaian cerita Laskar Pelangi, saat Ikal dan Arai bertemu di benua Eropa. Dalam keseharian, mungkin cerita kami tidak seinspiratif para tokoh di Laskar Pelangi. Kami (dulunya) hanyalah mahasiswa-mahasiswi Teknik Kimia UI yang punya tempat belajar, bermain, berorganisasi yang sama. Namun, kami sadar. Luar biasa rasanya. Di masa sebelumnya, kami biasa bertemu di gazebo kampus, untuk mengerjakan tugas atau rapat organisasi. Kini, kami bertemu di kesempatan lain dan momen yang berbeda. Stasiun Delft, Belanda. Hari itu sungguh luar biasa. Kami lalu terus berjalan meninggalkan jejak-jejak langkah di peron stasiun, mengulas serangkaian cerita mengenai hidup kami masing-masing.

Setelah bertemu di stasiun Delft, kami lalu menemui Pak Kamarza dan Bu Elsa yang menginap di rumah salah seorang kolega mereka di sekitar kampus Delft. Makan pagi bersama dengan roti gandum, croissant, keju, dan selai buah. Ada tawa dan kebahagiaan di sana. Kami membahas semua hal, berita di Indonesia, hal-hal yang terjadi selama aku menetap di Belanda, obrolan santai ringan yang menyenangkan. Lalu, setelah makan pagi, kami berempat berangkat menuju centruum Delft. Sambil berjalan di pinggiran kanal dan bangunan kuno kota Delft, kami terus bercerita dan tertawa. Hujan dan suhu dingin di hari itu seolah dikalahkan oleh kehangatan hati kami masing-masing. Lalu, aku, Pak Kamarza, dan Bu Elsa menghabiskan hari dengan makan ikan Kibbeling di centruum Delft, minum 3 gelas kopi di IKEA, berkeliling di kampus Delft (ditemani Mbak Enik), dan mengunjungi kak Eki (seniorku Teknik Kimia UI angkatan 2004) yang melahirkan putri pertamanya di hari yang sama. Alhamdulillah. Jauh di dalam hati ini, aku merasakan kehangatan yang luar biasa berada di tengah-tengah semua orang.
Centruum Delft bersama Nandy

Minggu berikutnya, kami mahasiswa Indonesia sibuk dan fokus mempersiapkan acara Indonesia Evening. Acara ini adalah kegiatan tahunan yang diadakan Persatuan Pelajar Indonesia Enschede di kampus University of Twente. Tahun ini, aku mendapat tugas menjadi penanggung jawab acara Tari Saman. Maka, aku bersama 10 mahasiswa lainnya menjaga intensitas latihan Tari Saman kami, sebelum memberikan sebuah performa pada tanggal 18 Oktober. Acara berlangsung dengan sukses. Kami berhasil membawakan Tari Saman di depan mahasiswa dan masyarakat internasional. Ada bangga bercampur haru saat aku dan teman-teman membawakan sebuah tari warisan budaya tersebut. Kami ingin mempersembahkan sesuatu untuk Indonesia di malam itu. Acara Indonesia Evening tidak hanya diwarnai dengan penampilan Tari Saman. Ada pula Tari Perang Nias, Tari Selendang, Tari Piring, dan sederetan persembahan dari band mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Belanda. Bagian bermakna setelah berlangsungnya acara Indonesia Evening adalah semakin terjalinnya persahabatan yang kian erat bagi kami para mahasiswa yang berkuliah di Enschede. Mulai dari latihan Tari Saman selama sebulan sebelum acara, berlanjut dengan acara santai di kehidupan sehari-hari. Momen ini bukan hanya menjadi sebuah program kerja Persatuan Pelajar Indonesia di Enschede, melainkan (jika bukan merupakan sebuah titik awal) telah menjadi ajang untuk mencairkan hubungan pertemanan di antara kami semua.
Penampilan Tari Saman di Indonesia Evening, 18 Oktober 2012

Hingga setelah acara Indonesia Evening, tibalah saatnya bagi kami untuk mempersiapkan diri menuju ujian akhir kuarter 1. Setiap hari, alokasi waktu untuk belajar dan berdiskusi kelompok bertambah. Kami disibukkan dengan pembahasan tiap modul dan latihan soal. Tentunya, kami menjalani tugas belajar ini dengan senang hati. Selain itu, perayaan Idul Adha di akhir bulan Oktober seolah menjadi oase yang mempercantik perjalanan di bulan ini. Alhamdulillah. Walaupun jauh dari kampung halaman, kami tetap bisa menunaikan sholat Ied berjamaah di Masjid Maroko kota Enschede. Hal yang paling indah di hari ini adalah ukhuwah Islamiyah yang terasa begitu kental. Di masjid ini, kami para jemaah saling bersalaman, berpelukan, cium pipi ala Belanda, dan mengucapkan “Eid Mubarak”. Tak peduli dengan beda suku, ras, asal negara, dan bahasa, kami semua tersenyum dengan wajah gembira dan saling sapa. Nuansa ini begitu nikmat untuk dihayati. Di tempat ini, kami menjadi kaum minoritas bila dikaji dari segi agama. Namun, kekeluargaaan dan persaudaraan terasa begitu hangat dan kental. Tidak kalah dengan saat kami merayakan Idul Adha di tanah air dulu.

Alhamdulillah. Perjalanan dua bulan di Enschede telah selesai. Namun, catatan ini hanyalah awal untuk melanjutkan perjalanan yang panjang di depan sana. Satu hal yang membuatku tenang adalah selalu ada cinta yang mewarnai keseharian. Selalu ada momen berkesan yang sayang untuk dilewatkan. Di mana pun, kapan pun, selalu ada cinta, selama ada kehangatan di masing-masing hati kita. Alhamdulillah. Perayaan Idul Adha hari ini tidak kalah meriah. Kami keluarga Indonesia yang tinggal di sekitar kampus University of Twente merayakan Idul Adha bersama-sama. Tongseng, sate, opor ayam, lontong, sambel ati. Tawa dan kehangatan. Alhamdulillah. Begitu banyak ucapan selamat Idul Adha yang datang dari Indonesia. Di mana pun dan kapan pun, jarak dan waktu tidak akan memisahkan ukhuwah, karena selalu ada cinta di antara kita.

2 comments:

  1. kaaa~ aku speechless, ga tau mau komen apa.. kereeeeen~ *mupeng* T^T

    ReplyDelete
  2. ternyata yang paling ga mirip itu RM 1. hohoho

    ReplyDelete